KEBERHASILAN Bali dalam mengatur pariwisata ditandai dengan melekatnya Bali sebagai destinasi wisata paling penting di dunia. Bahkan, kerapkali traveler international lebih tahu Bali daripada Indonesia. Seringkali mereka pikirkan bila Indonesia yaitu segi dari Bali, walaupun sesungguhnya keadaan yang benar yakni Bali yaitu segi dari Indonesia. Bali memang sama juga dengan keindahan alam pegunungannya, pantainya dan pariwisatanya. sedikit yang tahu bila pariwisata di bali yakni makin banyak di dukung oleh rutinitas istiadatnya dimana beberapa orang bali dengan bakat DNA seninya bisa menyatu dengan pariwisata dan wisatawan. Sebentar Rutinitas istiadat terlahir dari agama yang di anutnya atau makin banyak mengacu pada agama yang di anut beberapa orang di bali yaitu agama hindu.
Falsafah hidup beberapa orang bali seperti „Tri Kaya Parisuda“ (Kelurusan pikirkan, bicara dan bertindak), „Tri Hita Karana“ (buat perlindungan hubungan cocok manusia dengan Tuhan, manusia dengan Lingkungan alam, dan manusia dengan manusia), „Desa Waktu Patra“ tuntunan untuk selalu fleksibel pada tempat, waktu, dan keadaan, „Rwa bhineda“ (perbedaan itu selalu ada), „Tat Twam Asi“ (Saya yakni anda, anda yakni Saya) seperti sudah tertatoo di sanubari semasing individu orang bali dan sudah mengalir bak air di sungai kehidupan bermasyarakat bali, yang mengajarkan bagaimana “bhineka Tunggal Ika” keanekaragaman, kejujuran, keluesan dalam cocokkan, serta keduanya sama hormat menghormati perbedaan, bisa buat kenyamanan bukan hanya untuk sendiri tetapi juga buat orang lain.
Dalam inspirasi mendukung pariwisata yg bukan hanya memiliki maksud berikanlah kenyamanan untuk sebagian wisatawan, tentunya juga berikanlah efek positive untuk beberapa orang bali sebagai satu di antara mata pencahariannya. Keyakinan sebagai basic dalam kehidupan dan rutinitas istiadat sebagai basic dalam kehidupan bermasyarakat serta pekerjaan sebagai landasan untuk membiayai kehidupan bisa jalan beriringan ikuti irama sang waktu. Dalam hal berkesenian seperti seni lukis yang permulaannya yaitu satu di antara langkah penyampaian pesan pesan raja atau kerajaan berupa seni lukis pewayangan, untuk pariwisata dan memang karena cantik diliat mata, lukisan itupun lantas bisa dijual belikan lewat langkah bebas. Juga demikian dengan seni patung yang dulunya yaitu visualisasi dari ajaran agama. Untuk pariwisata dan wisatawan patung patung itu bisa di jual belikan.
Bahkan Seni Tari yang dulunya yaitu tari suci pendukung upacara keagamaan, sekarang ini cocokkan untuk kesesuaian pariwisata, wisatawan dengan orang-orangnya. Tari bali yang pada awalnya bermakna religius lewat langkah perlahan di klasifikasikan sama juga dengan kebutuhannya di jaman sekarang ini, sampai pada keyakinan yang diakui orang-orangnya di bali tidak keduanya sama melangkahi dengan kepentingan akan dunia pariwisata. Tentang grup tari bali di untuk dalam group itu :
Tari wali : yaitu tarian sakral, dipentaskan di halaman segi dalam pura.
Tari Bebali : yakni tipe tarian upacara, biasanya dipentaskan di halaman tengah pura. tari ini sifatnya diantara sakral dan hiburan.
Tari Balih-balihan : yakni tipe tarian yang berupa non religius dan cenderung menghibur.
Lantaran keluesan (fleksibility), beberapa orang di bali masih tetap bisa menjunjung tinggi keyakinannya dan bisakah menggunakan segi dari keyakinan itu untuk digunakan sebagai mata pencahariannya untuk menghidupi keluarganya.
Tidak berhenti sampai di bagian berkesenian, dalam lakukan kehidupan sehari hari, seperti tertuang dalam falsafah „Tri Hita Karana“ jalinan hubungan cocok pada manusia dengan lingkungan alamnya seperti tak dapat di pisahkan pada beberapa orang bali dengan alamnya. Lingkungan alam baik yang terlihat atupun tidak terlihat, ntah itu fauna (hewani) ataupun flora (tumbuh tumbuhan) seperti teratasi dengan baik di bali dan keduanya sama kompliti, bisa dibuktikan dengan di rayakannya hari hewani dan hari tumbuh tumbuhan melalui upacara keagamaan.
Bermacam tipe tumbuh tumbuhan dan bermacam tipe bunga tumbuh subur di bali, yang kecuali dapat berikanlah kesejukan dan keindahan, tumbuhan serta bunga warna warni itu juga di yakini memiliki daya yang dapat berikanlah kenyamanan dan keberuntungan untuk pemiliknya. Bunga bahkan sudah yaitu segi dari persembahan (sesaji) untuk beberapa orang bali dalam berupacara. Dan tipe bunga bukan hanya di tanam di pekarangan perumahan namun di halaman Pura, seperti salah satunya Bunga Kamboja.
Bunga kamboja memang banyak dijumpai di pura, kecuali karena disangka bisa membawa pencerahan, untuk sarana dalam persembahyangan umat Hindu, juga memiliki faedah sebagai penghias rangkaian bunga untuk upacara. Berdasarkan pada filosofi Hindu, pohon kamboja di Bali berbunga pada sasih kapat (bln. purnama ke empat) yang menurut umat Hindu disangka sebagai sasih atau bln. baik dan bunga itu bisa diterangkan sebagai “sari alam”. Jadi, bila digabungkan, bunga kamboja dapat diambil ikhtisar sebagai “sari alam yang membawa pencerahan dan sari-sari kebaikan” — pencerahan untuk umat manusia maupun untuk roh-roh yang ada di alam ini. Bunga kamboja dan beberapa orang Bali seolah tak terpisahkan. Image gadis dan pemuda Bali dapat terlihat waktu bunga kamboja tersematkan pada mahkota rambut dan terselip pada daun telinga.
Lain makna bunga kamboja di pulau Bali lain makna bunga kamboja di pulau jawa yang dimaksud pohon“perimbun pemakaman/kuburan” dan lain juga makna bunga kamboja di dunia kedokteran. Dalam dunia kedokteran, Kembang Kuburan dengan kata lain bunga kamboja (Plumeria alba) sesungguhnya menyimpan banyak manfaat ‘mengampuni’ sebagian orang berpenyakit kotor. “Di balik kemistikan kamboja atau orang Jawa umum mengemukakan semboja, ia menyembunyikan bermacam kebaikan buat manusia. Lewat akar, sirap kulit, getah, kuntum bunga dan daun yang eggan bergerombol, semboja diam-diam sekian bermanfaat. Akarnya bisa ‘mengampuni’ sebagian orang berpenyakit kotor, ”, dengan meminum rebusan akar semboja, lelaki pasien kencing nanah (gonorrhe) akibat gemari ‘jajan’ juga pulih. “Bisa jadi akar-akar semboja melalui remah-remah jenazah yang telah berpindah jadi unsur hara, memohon ampunan untuk sang pendosa itu. Memperingati sebagian lelaki agar insyaf kembali ke jalan benar. Hmmm…. Dunia ini sungguh lah luas dengan filosofi yang berbeda yang pasti menarik untuk kita ketahui.
source:
Toko Bunga Sawahan Surabaya
Falsafah hidup beberapa orang bali seperti „Tri Kaya Parisuda“ (Kelurusan pikirkan, bicara dan bertindak), „Tri Hita Karana“ (buat perlindungan hubungan cocok manusia dengan Tuhan, manusia dengan Lingkungan alam, dan manusia dengan manusia), „Desa Waktu Patra“ tuntunan untuk selalu fleksibel pada tempat, waktu, dan keadaan, „Rwa bhineda“ (perbedaan itu selalu ada), „Tat Twam Asi“ (Saya yakni anda, anda yakni Saya) seperti sudah tertatoo di sanubari semasing individu orang bali dan sudah mengalir bak air di sungai kehidupan bermasyarakat bali, yang mengajarkan bagaimana “bhineka Tunggal Ika” keanekaragaman, kejujuran, keluesan dalam cocokkan, serta keduanya sama hormat menghormati perbedaan, bisa buat kenyamanan bukan hanya untuk sendiri tetapi juga buat orang lain.
Dalam inspirasi mendukung pariwisata yg bukan hanya memiliki maksud berikanlah kenyamanan untuk sebagian wisatawan, tentunya juga berikanlah efek positive untuk beberapa orang bali sebagai satu di antara mata pencahariannya. Keyakinan sebagai basic dalam kehidupan dan rutinitas istiadat sebagai basic dalam kehidupan bermasyarakat serta pekerjaan sebagai landasan untuk membiayai kehidupan bisa jalan beriringan ikuti irama sang waktu. Dalam hal berkesenian seperti seni lukis yang permulaannya yaitu satu di antara langkah penyampaian pesan pesan raja atau kerajaan berupa seni lukis pewayangan, untuk pariwisata dan memang karena cantik diliat mata, lukisan itupun lantas bisa dijual belikan lewat langkah bebas. Juga demikian dengan seni patung yang dulunya yaitu visualisasi dari ajaran agama. Untuk pariwisata dan wisatawan patung patung itu bisa di jual belikan.
Bahkan Seni Tari yang dulunya yaitu tari suci pendukung upacara keagamaan, sekarang ini cocokkan untuk kesesuaian pariwisata, wisatawan dengan orang-orangnya. Tari bali yang pada awalnya bermakna religius lewat langkah perlahan di klasifikasikan sama juga dengan kebutuhannya di jaman sekarang ini, sampai pada keyakinan yang diakui orang-orangnya di bali tidak keduanya sama melangkahi dengan kepentingan akan dunia pariwisata. Tentang grup tari bali di untuk dalam group itu :
Tari wali : yaitu tarian sakral, dipentaskan di halaman segi dalam pura.
Tari Bebali : yakni tipe tarian upacara, biasanya dipentaskan di halaman tengah pura. tari ini sifatnya diantara sakral dan hiburan.
Tari Balih-balihan : yakni tipe tarian yang berupa non religius dan cenderung menghibur.
Lantaran keluesan (fleksibility), beberapa orang di bali masih tetap bisa menjunjung tinggi keyakinannya dan bisakah menggunakan segi dari keyakinan itu untuk digunakan sebagai mata pencahariannya untuk menghidupi keluarganya.
Tidak berhenti sampai di bagian berkesenian, dalam lakukan kehidupan sehari hari, seperti tertuang dalam falsafah „Tri Hita Karana“ jalinan hubungan cocok pada manusia dengan lingkungan alamnya seperti tak dapat di pisahkan pada beberapa orang bali dengan alamnya. Lingkungan alam baik yang terlihat atupun tidak terlihat, ntah itu fauna (hewani) ataupun flora (tumbuh tumbuhan) seperti teratasi dengan baik di bali dan keduanya sama kompliti, bisa dibuktikan dengan di rayakannya hari hewani dan hari tumbuh tumbuhan melalui upacara keagamaan.
Bermacam tipe tumbuh tumbuhan dan bermacam tipe bunga tumbuh subur di bali, yang kecuali dapat berikanlah kesejukan dan keindahan, tumbuhan serta bunga warna warni itu juga di yakini memiliki daya yang dapat berikanlah kenyamanan dan keberuntungan untuk pemiliknya. Bunga bahkan sudah yaitu segi dari persembahan (sesaji) untuk beberapa orang bali dalam berupacara. Dan tipe bunga bukan hanya di tanam di pekarangan perumahan namun di halaman Pura, seperti salah satunya Bunga Kamboja.
Bunga kamboja memang banyak dijumpai di pura, kecuali karena disangka bisa membawa pencerahan, untuk sarana dalam persembahyangan umat Hindu, juga memiliki faedah sebagai penghias rangkaian bunga untuk upacara. Berdasarkan pada filosofi Hindu, pohon kamboja di Bali berbunga pada sasih kapat (bln. purnama ke empat) yang menurut umat Hindu disangka sebagai sasih atau bln. baik dan bunga itu bisa diterangkan sebagai “sari alam”. Jadi, bila digabungkan, bunga kamboja dapat diambil ikhtisar sebagai “sari alam yang membawa pencerahan dan sari-sari kebaikan” — pencerahan untuk umat manusia maupun untuk roh-roh yang ada di alam ini. Bunga kamboja dan beberapa orang Bali seolah tak terpisahkan. Image gadis dan pemuda Bali dapat terlihat waktu bunga kamboja tersematkan pada mahkota rambut dan terselip pada daun telinga.
Lain makna bunga kamboja di pulau Bali lain makna bunga kamboja di pulau jawa yang dimaksud pohon“perimbun pemakaman/kuburan” dan lain juga makna bunga kamboja di dunia kedokteran. Dalam dunia kedokteran, Kembang Kuburan dengan kata lain bunga kamboja (Plumeria alba) sesungguhnya menyimpan banyak manfaat ‘mengampuni’ sebagian orang berpenyakit kotor. “Di balik kemistikan kamboja atau orang Jawa umum mengemukakan semboja, ia menyembunyikan bermacam kebaikan buat manusia. Lewat akar, sirap kulit, getah, kuntum bunga dan daun yang eggan bergerombol, semboja diam-diam sekian bermanfaat. Akarnya bisa ‘mengampuni’ sebagian orang berpenyakit kotor, ”, dengan meminum rebusan akar semboja, lelaki pasien kencing nanah (gonorrhe) akibat gemari ‘jajan’ juga pulih. “Bisa jadi akar-akar semboja melalui remah-remah jenazah yang telah berpindah jadi unsur hara, memohon ampunan untuk sang pendosa itu. Memperingati sebagian lelaki agar insyaf kembali ke jalan benar. Hmmm…. Dunia ini sungguh lah luas dengan filosofi yang berbeda yang pasti menarik untuk kita ketahui.
source:
Toko Bunga Sawahan Surabaya